Langsung ke konten

Langsung ke daftar isi

 TOPIK UTAMA

Berakhirnya Kekerasan dalam Rumah Tangga

Berakhirnya Kekerasan dalam Rumah Tangga

Skenario 1: Orang tua Isabel * datang berkunjung. Dari obrolan yang hangat dengan putri mereka dan suaminya, mereka jelas menikmati malam yang menyenangkan bersama-sama. Orang tua mana yang tidak bangga punya menantu seperti ini? Ia begitu baik terhadap putri mereka.

Skenario 2: Hati Frank mendidih. Seperti biasa, ia akan melampiaskan kemarahannya dengan cara yang kerap ia lakukan—menghantam wajah istrinya, menendangnya, menjambaknya, atau berulang-ulang membenturkan kepala istrinya ke tembok.

ANDA mungkin tidak menyangka bahwa kedua skenario itu mengisahkan pasangan suami istri yang sama.

Frank, sebagaimana kebanyakan orang yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), tahu caranya mengenakan topeng ”pria alim” saat di depan umum atau saat bersama mertuanya. Tetapi, ketika hanya berdua dengan istrinya, Frank sangat kejam.

Banyak pria seperti Frank tumbuh di keluarga yang penuh kekerasan, dan sewaktu  dewasa mereka merasa bahwa perilaku mereka berterima—bahkan normal. Tetapi, KDRT sama sekali tidak normal. Itulah sebabnya kebanyakan orang terperangah saat mengetahui ada pria yang menganiaya istrinya hingga babak-belur.

Namun, KDRT sering terjadi, dan itu meresahkan. Di Indonesia, misalnya, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan melaporkan bahwa pada 2011 ada 110.468 kasus kekerasan terhadap istri. KDRT adalah epidemi sedunia, terjadi di semua kelompok budaya, ekonomi, dan sosial. Karena banyak kejadian tidak dilaporkan, situasinya pasti lebih buruk daripada yang disingkapkan statistik. *

Laporan KDRT menimbulkan pertanyaan: Mengapa seorang pria tega memperlakukan seseorang—apalagi istrinya—dengan begitu bengis? Dapatkah pria yang menganiaya istrinya dibantu untuk berubah?

Saksi-Saksi Yehuwa, penerbit majalah ini, percaya bahwa nasihat Alkitab yang berguna bisa membantu teman hidup yang beringas mengubah perilaku mereka. Apakah itu mudah? Tidak. Apakah itu mungkin? Ya! Pendidikan Alkitab telah membantu banyak orang mengganti watak beringas mereka dengan kebaikan hati dan respek. (Kolose 3:8-10) Perhatikan pengalaman Troy dan Valerie.

Seperti apa hubungan kalian pada awalnya?

Valerie: Pada malam pertunangan kami, Troy menampar saya dengan sangat keras sampai saya memar selama seminggu. Dia memohon-mohon maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Bertahun-tahun berikutnya, saya sering mendengar kata-kata itu.

 Troy: Apa pun bisa bikin saya marah—makanan yang belum siap, misalnya. Pernah, saya menghantam Valerie dengan pistol. Suatu kali, saya memukuli dia habis-habisan sampai saya kira dia sudah mati. Lalu, saya coba menakut-nakuti dia dengan mengancam akan membunuh putra kami sambil menaruh pisau di leher putra kami.

Valerie: Saya dihantui rasa takut. Kadang saya harus kabur dari rumah sampai Troy tenang. Meski pukulannya menyakitkan, saya merasa caci makinya lebih sulit ditanggung daripada kekerasan fisik.

Troy, apakah Anda memang selalu beringas?

Troy: Ya, sejak kecil. Saya tumbuh di lingkungan yang penuh kekerasan. Ayah sering memukuli Ibu di depan saya dan saudara-saudara saya. Setelah ia meninggalkan kami, Ibu tinggal dengan pria lain, dan pria itu juga memukuli dia. Pria itu juga memerkosa kakak perempuan saya—dan saya. Akibatnya, ia dijebloskan ke penjara. Tentu saja, saya sadar bahwa hal-hal itu tidak bisa dijadikan dalih bagi perilaku saya.

Valerie, Anda tidak meninggalkan Troy. Mengapa?

Valerie: Saya takut. Saya pikir, ’Bagaimana kalau ia mencari saya lalu membunuh saya atau orang tua saya? Bagaimana kalau saya laporkan dia dan situasinya jadi tambah runyam?’

Kapan keadaan mulai berubah?

Troy: Istri saya mulai belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Awalnya, saya cemburu dengan teman-teman barunya, dan saya rasa saya perlu menyelamatkan dia dari ”sekte” aneh ini. Jadi, saya semakin beringas, bukan hanya terhadap Valerie tapi juga terhadap para Saksi. Tapi suatu hari, putra kami yang berusia empat tahun, Daniel, yang menderita kejang-kejang, diopname selama hampir tiga minggu. Selama waktu itu, para Saksi melakukan banyak hal bagi kami—bahkan sampai membantu mengurus putri kami yang berusia enam tahun, Desiree. Setelah sif malam, seorang Saksi menemani Daniel seharian supaya Valerie bisa tidur. Kebaikan orang-orang itu—orang-orang yang telah saya perlakukan dengan sangat kasar—amat menyentuh hati saya. Saya sadar saya telah melihat bukti Kekristenan sejati, jadi saya meminta kepada para Saksi agar boleh belajar Alkitab dengan mereka.  Sewaktu mempelajari Alkitab, saya jadi tahu apa yang seharusnya, dan tidak seharusnya, dilakukan seorang pria kepada istrinya. Saya menyingkirkan perilaku yang beringas dan ringan tangan. Akhirnya, saya menjadi Saksi Yehuwa.

Prinsip Alkitab mana saja yang membantu Anda berubah?

Troy: Ada banyak sekali. Di 1 Petrus 3:7, Alkitab berkata bahwa saya hendaknya memberikan ”kehormatan” kepada istri saya. Galatia 5:23 menganjurkan ”kelemahlembutan” dan ”pengendalian diri”. Efesus 4:31 mengutuk ”cacian”. Ibrani 4:13 mengatakan bahwa ”segala sesuatu . . . terbuka” di mata Allah. Jadi, Allah melihat perbuatan saya, sekalipun tetangga-tetangga saya tidak melihatnya. Saya juga belajar bahwa saya perlu mengganti teman-teman bergaul saya, karena ”pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang berguna”. (1 Korintus 15:33) Teman-teman saya dulu malah mendukung kebiasaan beringas saya. Bagi mereka, wanita pantas dipukul supaya tetap ”terkendali”.

Bagaimana perkawinan kalian sekarang?

Valerie: Sudah 25 tahun Troy menjadi Saksi Yehuwa. Sejak itu, ia selalu dengan tulus bersikap pengasih, baik hati, dan bertimbang rasa terhadap saya.

Troy: Saya tidak bisa mengubah luka yang saya timbulkan bagi keluarga saya, dan istri saya tentu saja tidak pantas mendapat perlakuan saya itu. Tapi, saya menantikan saatnya Yesaya 65:17 digenapi, ketika kenangan pahit itu sirna dari ingatan kami.

Nasihat apa yang ingin kalian berikan kepada keluarga-keluarga yang punya masalah KDRT?

Troy: Jika kita kasar secara fisik atau verbal kepada keluarga kita, akuilah bahwa kita butuh bantuan, dan carilah bantuan itu. Ada banyak bantuan yang tersedia. Bagi saya, belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa dan bergaul bersama mereka membantu saya mengatasi kecenderungan beringas saya yang berurat berakar.

Valerie: Jangan cepat membandingkan situasi kita dengan orang lain atau mengikuti nasihat dari orang-orang yang merasa tahu apa yang terbaik bagi kita. Walau tidak semua orang akan mendapat hasil akhir yang sama, saya bersyukur saya tidak meninggalkan suami saya, karena sekarang kami telah diberkati dengan hubungan yang baik.

MENGAKHIRI KDRT

Pelajaran Alkitab telah membantu banyak pria membuat perubahan yang diperlukan

Alkitab menyatakan, ”Segenap Tulisan Kudus diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menegur, untuk meluruskan perkara-perkara.” (2 Timotius 3:16) Seperti Troy, yang diceritakan di atas, banyak teman hidup yang ringan tangan telah menerapkan nasihat Alkitab dan berhasil mengubah cara berpikir dan perilaku mereka.

Maukah Anda mengetahui lebih banyak tentang bagaimana Alkitab bisa bermanfaat bagi perkawinan Anda? Untuk informasi lebih lanjut hubungi Saksi-Saksi Yehuwa setempat, atau kunjungi www.dan124.com/id.

^ par. 3 Beberapa nama dalam artikel ini telah diubah.

^ par. 8 Memang, ada sejumlah besar pria yang dianiaya wanita. Namun, dalam kebanyakan insiden KDRT yang dilaporkan, prialah pelakunya.